Biblionovel adalah wadah bagi para penulis webnovel diseluruh dunia. Biblionovel menyediakan berbagai jenis novel yang dapat dibaca secara gratis. Biblionovel adalah platform yang dapat memberikan berbagai keuntungan bagi penulis. Biblionovel juga menawarkan kebebasan bagi para penulis sehingga tidak menjadi budak platform. Tunggu apa lagi gunakan kami sekarang!

Iklan


Cerita Simon


"Terima kasih lagi karena sudah membantuku mencuci piring-piring ini."

Ucapan santai dengan senyum terdengar dari mulut pria tua bernama Simon itu. Jimmy membilas lembut piring ditangannya dengan air. Jimmy melihat bentuk piring ditangannya dan dengan sedikit mengerutkan dahinya, dia berpikir.

'Ini bukan pertama kalinya tapi piring ini sungguh terlihat mahal! Bukankah akan buruk jika aku menggoresnya karena menggosoknya terlalu keras?'

"Haha... Ini bukan masalah."

Jimmy membalas ucapan Simon yang berdiri disebelah kirinya dengan senyum. Bukan hal aneh bagi Jimmy untuk membersihkan piring makan. Dia melakukan itu setiap sore hari dirumahnya. Tentu itu hal yang berbeda untuk Silina. 

"Terima kasih juga padamu Kiel."

Simon memandang pria tua disebelah kanan Jimmy yang juga membantu pekerjaan mencuci piring-piring mahal ini. Dia adalah pria dengan penampilan yang tidak jauh berbeda dari Simon. Dia memiliki tinggi sekitar 170 cm dengan postur tegak dan rambut putih rapi yang tersisir rata. Jimmy mengenalnya sebagai Kiel, pengasuh Silina semenjak dia kecil. Akan tetapi, hanya itu informasi yang Jimmy ketahui tentangnya namun mengingat Silina mengajaknya datang ke pulau ini, itu membuatnya sebagai orang yang dipercayai oleh Silina.

Selama perjalanan kepulau, Jimmy selalu merasa tidak enak jika dia membuat Simon, seorang pria tua, membersihkan semuanya sendirian. Hal tentang bersih-bersih ini tentu saja adalah tugas Simon. Tentu, Johan, Yeri, dan Silina tidak mungkin membantu Simon, begitu juga dengan Ruth dan bawahannya yang bertanggung jawab dengan keamanan atau mereka yang lain yang telah memiliki 'peran' mereka masing-masing.  Akan tetapi, tidak ada alasan bagi Jimmy untuk tidak membantunya. Begitu juga, tidak ada alasan juga bagi Jimmy untuk membantunya... jika ada alasan, itu hanyalah karena perasaan Jimmy soal etika atau tata krama. Mungkin karena itu, Jimmy sekarang ada disini, menggerakan tangannya membilas piring-piring mahal ini.

Setidaknya, Jimmy menyadari beberapa hal karena selalu membantu Simon dalam mencuci piring. Jimmy tahu bahwa Johan adalah pemakan yang lahap dimeja makan namun dia baru menyadari jika Johan selalu menyantap makanannya sampai bersih, bisa dikatakan tidak ada yang tersisa dipiringnya! Akan tetapi, Yeri selalu menyisakan makanannya, bahkan terkadang dia menyisakan hampir separuh makanannya. Simon bilang jika itu hal biasa karena Yeri memiliki kapasitas perut yang kecil. Disisi lain, Silina memiliki porsi makan yang normal namun jika itu dessert... maka ucapan bahwa wanita identik dengan makanan manis ada benarnya...

Meski demikian, ini kali pertama pria tua bernama Kiel ini membantu Simon. Jimmy selalu merasa Kiel adalah seseorang yang berdiri dibelakang Silina selayaknya pelayan bangsawan dibuku cerita atau acara tv. Dimana mereka hanya akan bergerak ketika tuannya berbicara.

"Jangan pikirkan... Biasanya aku harus selalu berada disisi nona Silina namun karena nona Silina serta tuan muda Johan dan Yeri ingin berbicara secara privat sebelum mendengar ceritamu... Kami semua diminta untuk pergi. "

Jimmy mengangguk mendengar hal itu. Johan, Yeri, dan Silina saat ini tengah melakukan pembicaraan keluarga tertutup. Akan tetapi, Jimmy bisa dengan mudah menebak apa yang mereka bicarakan sebab ini bukan kali pertama pembicaraan ini dilakukan. Mungkin, ini juga hanyalah formalitas belaka. Intinya adalah Johan, Yeri, dan Silina sepakat bahwa mereka tidak akan mengganggu atau menghalangi dalam bentuk apapun proses pembukaan warisan yang disembunyikan di pulau ini.

"Haa... Itu tidak seperti aku tahu hal penting tentang warisan tuan besar... Aku hanya mendengar sedikit saat aku sedang bekerja membersihkan rumah."

"Akan tetapi bisa saja informasi itu yang dibutuhkan nona Silina."

".....mungkin. "

Simon meletakkan piring terakhir ditangannya, dan pada saat itu juga, terdengar suara dari belakang mereka bertiga. Itu adalah Ruth.

"Pembicaraan sudah selesai. Kalian bisa kembali keruangan dan... Simon, kami menunggumu untuk berbicara."

Simon mengangguk mendengarnya. Dia lalu mengalihkan pandangannya kearah Jimmy dan Kiel yang berdiri disebelahnya.

"Kalian bisa duluan. Aku.. ingin sedikit mempersiapkan diriku."

Jimmy dan Kiel mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama Ruth untuk kembali keruangan. Pada saat itu, Jimmy melihat tangan kirinya dan menyadari sesuatu. Dia tidak mengenakan jam tangannya. Itu adalah jam tangan yang diberikan Silina pada hari ulang tahunnya- satu tahun yang lalu. Jimmy ingat dia melepasnya pada saat dia membantu Simon mencuci piring-piring tersebut.

"Ah, aku meninggalkan jam tanganku... Kalian bisa kembali lebih dahulu."

Kiel mengangguk sementara Ruth terlihat tidak peduli dengan terus melangkahkan kakinya. Jimmy kembali dengan cepat dan melihat jam tangannya tergeletak dimeja, pada posisi yang sama seperti Jimmy ingat meletakkannya. Dia lalu mengambil jam tangan tersebut dan dengan santai melihat kearah Simon yang membuat ekspresi sangat terkejut. Eh? Jimmy merasa heran dengan reaksi Simon dan sebelum dia bisa membuka mulutnya untuk bertanya.

"APA YANG KAMU LAKUKAN DISINI-!!?"

Simon berteriak keras. Ekspresi terkejut muncul diwajah Jimmy sebagai tanggapannya. Apa yang terjadi? Kenapa Simon tiba-tiba...??

"Cepat pergi! CEPAT PERG- uGk! Uhuk-!"

Simon berjalan dengan terhuyung-huyung kearah Jimmy. Dia mencoba mendorong tubuh Jimmy, mencoba untuk mengusirnya, namun keseimbangannya goyah dan justru mendorong beberapa piring didekatnya.

"Simon?! Apa yang terjadi?!! SIMON! Hei kau mendengarku, Simon?!"

Simon terjatuh kelantai. Jimmy dengan panik menyebut nama Simon dan menggoyangkan tubuhnya namun mata pria tua itu tertutup seolah terlelap dalam tidurnya. 


"Apa yang terjadi..?"

Jimmy memalingkan wajahnya kebelakang dan menemukan Ruth berdiri disana. Tidak berapa lama, Johan, Yeri, Silina serta orang-orang lainnya muncul mengikutinya. Suara teriakan Jimmy mungkin telah memanggil mereka kemari.

"Simon! Dia tiba-tiba saja...!"

Jimmy berteriak sembari menunjuk kearah Simon. Ekspresi bingung muncul diwajah mereka dan keheningan muncul mengikutinya. Pada saat itu, sebuah suara tiba-tiba terdengar memotong keheningan tersebut.

"Biar aku memeriksanya!"

Dia adalah seorang pria yang selalu berada didekat Yeri selama perjalanan ini. Dia mengenakan kacamata tebal dan rambut dikepalanya... sudah tidak selebat saat dia muda. Johan yang melihat pria itu maju dan memeriksa tubuh Simon lalu berucap.

"Siapa dia?"

"Namanya adalah Asa, dia seorang dokter. "

Yeri menjawab pertanyaan Johan. Dr. Asa memeriksa tubuh Simon dengan teliti. Jimmy melihat ekspresi Dr. Asa yang serius. Dr. Asa meraba-raba tubuh Simon seolah mencoba mencari sesuatu namun dia tidak menemukan apapun. Dia lalu memeriksa nadi Simon dan dengan ekspresi serius, dia berucap.

"Dia... mati."

?!!

Ruth bergerak dengan cepat mendengar hal itu. Akan tetapi, Dia hanya mendapatkan jawaban yang sama setelah memeriksa nadi Simon.

"...mati. Simon, dia mati."






3
0

Share
Laravel 9 CRUD with Image Upload Application - ItSolutionStuff.com