Iklan |
Villa Part I |
"Baiklah, Master Domian telah memberikan kunci untuk villa itu padaku. Sekarang mari kita semua kesana." Semua mengangguk setuju mendengar ucapan Simon. Akan tetapi, beberapa persiapan perlu dilakukan sebelumnya. Jarak antara villa itu dan posisi kami sekarang adalah kurang lebih sekitar 4 Kilometer. Dari lokasi ini, Jimmy dengan samar dapat melihat bagian atap villa yang tertutup rimbunnya dahan pepohonan. Jalan berbatu kasar dengan lebar ukuran satu buah mobil terbentang diantara pepohonan hutan menuju lokasi villa tersebut. Tanpa menginjakan kakinya dipulau ini, Jimmy merasa akan sangat sulit menemukan fakta keberadaan arsitektur buatan manusia ada dipulau ini. "Sayang sekali, kita hanya bisa mengangkut satu mobil dengan kapal kita." Yeri menatap Johan sembari berucap. Mobil Pickup berwarna hitam diturunkan perlahan dari kapal. Ya, mereka tidak datang kemari dengan kapal berukuran besar. Hal itu dikarenakan kedatangan mereka yang bersifat rahasia. Untuk tiba dipulau ini, mereka menggunakan jalur laut yang sangat jarang atau bisa dibilang tanpa pemantauan. Bukankah hal ini illegal? Mungkin, namun Jimmy berpikir bahwa ini adalah hal yang tidak boleh dilakukan oleh anak-anak, tidak, orang dewasa juga tidak boleh melakukannya.. "Baiklah, sebelum kita berangkat, dua dari penjaga akan berada dikapal untuk menjaganya. Kita akan melakukan rotasi penjagaan setiap harinya. Dua sisanya akan ikut ke villa bersamaku." Wanita yang menjadi ketua penjaga berucap. Hal itu berarti akan ada dua penjaga, para pria dengan baju hitam itu yang berada dikapal, sedangkan tiga penjaga termasuk ketua penjaga akan berada divilla. Dengan begitu, maka tiga belas orang akan pergi menggunakan mobil Pickup tersebut menuju villa. "Baiklah, jika begitu. Kami mempercayakan keamanan perjalanan ini ditanganmu, Ms. Ruth." Johan berucap dan Yeri mengangguk setuju. Hm? Ms. Ruth? Ini adalah kali pertama Jimmy mendengar nama wanita yang menjadi kepala tim penjaga.
* * * * Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam, kami akhirnya tiba didepan villa, tempat tujuan kami. Itu adalah perjalanan paling sesak yang Jimmy pernah rasakan. Selain itu, jalanan berbatu yang dilewati merupakan jalan yang sangat tidak ramah untuk mereka yang mengendarai mobil. Salah satu dari penumpang Wanita bahkan harus mengosongkan isi perutnya, ya, dia muntah ditengah jalan. "I-Itu perjalanan terburuk yang pernah kualami.." Kata-kata itu muncul dari wanita yang muntah tersebut. Dia adalah Cintya, sekretaris pribadi Johan. Jimmy mengamatinya dengan detil, Cintya mengenakan kacamata dengan rambut pirang terikat, pakaiannya rapi seperti seorang pekerja kantoran dan akan membuatmu berkata bahwa dia tidak akan cocok berada dihutan ini. "Ah?" Jimmy melihat kesamping kirinya. Rasa sakit muncul dilengan kiri Jimmy dan dia melihat bahwa Silina baru saja mencubitnya. A-Ada apa dengan Silina? "Cintya, jangan lengah. Aku mengajakmu kemari karena aku butuh kemampuanmu. Jangan mengecewakanku hanya karena perjalanan kecil seperti iUgh-" Johan berucap dengan mata tajam. Sepertinya, dia mencoba untuk mengingatkan Cintya namun perjalanan itu juga membuatnya merasa mual. Bagaimanapun, itu adalah jalan yang sangat kasar untuk dilewati.. "Ehem, sekarang kita telah tiba divilla ini. Sebaiknya kita istirahat terlebih dahulu sebelum melakukan hal yang lain." Simon berucap sembari mengeluarkan kunci dari sakunya untuk membuka pintu gerbang villa. Jimmy dapat melihat villa dengan lebih jelas sekarang. Tembok beton tebal dengan tinggi lima meter mengelilingi villa tersebut dengan bentuk persegi. Gerbang besi menjaga pintu masuk villa tersebut. "Ada apa dengan villa ini? Villa ini seperti penjara yang mengurung sesuatu didalamnya." Jimmy bergumam pelan. Simon lalu memasukan kunci kedalam pintu gerbang dan membukanya. ""OOh*!"" Jimmy terkejut, bahkan Silina dan beberapa orang lainnya terkejut melihat pemandangan didepan mata mereka. Itu benar, hal yang menanti dibalik pintu gerbang itu adalah- |
![]() ![]() |